Selamaperiode pengamatan itu, Merapi juga mengalami 30 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-8 milimeter (mm) selama 11-67 detik, serta dua kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-8 milimeter (mm) selama 7,1-7,2 detik. Asap kawah tidak teramati keluar dari puncak kawah Merapi selama pengamatan. Cuaca di gunung itu berawan dan mendung.
Tinggikolom maksimal 400 meter, arah barat daya," ujar petugas pengamat Gunung Merapi BPPTKG di PGA Kaliurang, Heru Suparwaka. tinggi kolom tersapu angin ke lereng arah timur, estimasi jarak luncur 1.000 m ke arah barat daya: hulu Kali Krasak dan Boyong. cuaca Gunung Merapi berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah, sedang
YOGYAKARTA, Gunung Merapi pada 2010 mengalami erupsi besar. Letusan yang terjadi menimbulkan korban jiwa, dan menyebabkan rumah-rumah warga rusak. Tidak hanya itu, warga juga harus kehilangan ternak dan pertanian mereka. Peristiwa tersebut dari satu sisi menjadi pengalaman bagi masyarakat lereng Gunung Merapi dalam menghadapi lereng Gunung Merapi jadi semakin tangguh dan sadar pentingnya mitigasi bencana. Baca juga BPPTKG Sebut Erupsi Merapi Selanjutnya Makin Dekat, Tak Sebesar Letusan 2010 Dari pengalaman tersebut, warga Lereng Merapi di Desa Glagaharjo secara mandiri mendirikan Komunitas Siaga Merapi KSM. Bahkan pos pemantauan Gunung Merapi yang dibangun secara mandiri oleh KSM sempat dikunjungi oleh Deputi Bidang Pencegahan Badan Nasional Penanggulan Bencana BNPB Lilik Kurniawan. WIKAN PRASETYA Gunung Merapi. Pos pemantauan tersebut menjadi salah satu ciri ketangguhan masyarakat dan dapat menjadi contoh bagi daerah lain. "Habis erupsi 2010, kami warga di Lereng Gunung Merapi itu sadar bahwasanya bencana Merapi itu rutin kan. Entah empat tahun sekali atau 10 tahun sekali, tetapi sesuai kata-kata Merapi tidak pernah ingkar janji," ujar Ketua Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo, Rambat Wahyudi saat ditemui di Hunian Tetap Huntap Banjarsari, Desa Glagaharjo, baru-baru ini. Wahyudi menyampaikan kesadaran masyarakat terkait dengan mitigasi bencana Gunung Merapi di Glagaharjo masih sangat kurang. Baca juga Intensitas Kegempaan Gunung Merapi Meningkat, Status Masih Waspada Terbukti, saat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 lalu, banyak jatuh korban jiwa di Glagaharjo. Dari pengalaman tersebut, beberapa warga di Glagaharjo merasa pentingnya mitigasi bencana khususnya Gunung Merapi. WIJAYA KUSUMA Ketua Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo, Rambat Wahyudi 39Sebab mereka tinggal di lereng gunung yang aktif. Beberapa warga kemudian pada 2011 mendirikan Komunitas Siaga Merapi KSM Desa Glagaharjo. "Berawal dari situ kami bersama warga yang peduli, mendirikan komunitas yang intinya menyadarkan warga masyarakat bahwa mitigasi bencana itu penting," ucapnya. Dari awal berdiri, Komunitas Siaga Merapi KSM bergerak untuk memberi edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi bencana. Wahyudi mengaku, tidak mengalami kesulitan dalam mengedukasi masyarakat. Baca juga Belajar Hidup Selaras dengan Alam dari Warga Lereng Gunung Merapi Sebab, masyarakat Glagaharjo mempunyai pengalaman mengalami peristiwa erupsi Gunung Merapi 2010. "Alhamdulilah tidak ada kesulitan, karena kami, warga juga kan mengalami sendiri. Warga sangat senang dan support sekali," ungkapnya. Selain itu KSM juga membuat rambu-rambu jalur evakuasi, termasuk titik-titik kumpul bagi masyarakat. Alhasil, saat ini warga sudah paham harus berbuat apa ketika harus mengungsi, termasuk apa saja yang dibawa. "Sembilan tahun ini kami berdiri, alhamdulilah sudah berhasil menyadarkan warga. Jadi warga sudah paham, mereka sudah berkemas-kemas untuk barang-barang berharga, nanti mengungsi harus kemana, titik kumpul sudah kita petakan, warga tinggal kumpul, kita siapkan sarana evakuasi," sebutnya. dok. Bukit Sanjaya Tempat wisata di Boyolali bernama Bukit Sanjaya yang menawarkan pemandangan Gunung 2018, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTKG Yogyakarta menaikan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada level II. Sejak itu KSM secara mandiri turut aktif memantau Gunung Merapi di Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman dengan mendirikan tenda. "Awalnya Kami mendapat bantuan tenda dari BPBD. Kami memantau siang, malam, hujan, panas ya di bawah tenda," urainya. Baca juga Cerita Petani Kopi di Lereng Gunung Merapi, Erupsi Jadi Berkah Seiring berjalannya waktu, ada pemikiran untuk membangun pos pengamatan yang permanen, sebab tenda juga tidak tahan lama. Karena terkena panas dan hujan, tenda banyak yang berlubang. Hal itu membuat orang yang bertugas berjaga menjadi tidak nyaman. dok. Instagram kopimerapi_ Tempat ngopi dengan pemandangan Gunung Merapi bernama Warung Kopi Merapi di bersama warga Desa Nglagaharjo kemudian bergotong-royong untuk membangun pos pemantauan secara mandiri. Pembangunan juga dibantu oleh pemerintah Kecamatan Cangringan. "Dari situ kami bersama-sama di bantu warga Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, sama Srunen, ya ada yang bantu batu, ada yang pasir. Banyak warga yang peduli membangun pos pemantauan secara mandiri, ya Alhamdulilah bisa berdiri," tegasnya. Baca juga Hidup Penuh Berkah di Lereng Gunung Merapi Pos Pemantauan yang dibangun terdiri dari dua lantai. Aktivitas pengamatan dilakukan dari lantai dua. "Ada warga juga yang membantu WiFi juga. Saya tidak meminta, tetapi mereka membantu memasang WiFi, membayar WiFi, membantu pagar juga, saya sangat berterima kasih dengan warga-warga yang di sana," ungkapnya. Rambat Wahyudi menuturkan saat ini ada 50 orang yang tergabung dalam Komunitas Siaga Merapi KSM Glagaharjo. Mereka secara bergantian bertugas di pos untuk melakukan pemantauan aktivitas Gunung Merapi. "Kita melakukan pemantauan secara visual selama 24 jam, setiap piket ada lima orang. Kita juga ada sirine, jadi kalau erupsi sirinenya dibunyikan sebagai tanda dan kemarin sudah kita coba juga saat erupsi," bebernya. Menurutnya, setelah ada pos pemantauan warga merasa lebih tenang. Sebab, selama 24 jam, ada yang memantau aktivitas Gunung Merapi meski hanya secara visual. "Warga senang, berterima kasih dan support, bahkan sering kali ada yang datang ke pos membawa teh, dan makanan untuk teman begadang. Ya suport mereka seperti itu," bebernya. Meski memantau secara visual, KSM juga memperhatikan setiap informasi terkait Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi BPPTKG Yogyakarta. "Kami selalu berkoordinasi dan memantau informasi BPPTKG. pemantauan visual kan kalau kelihatan, tapi kalau tertutup kabut ya memantau sinyal seismik di HT," ungkapnya. Baca juga Petani Sayur Merapi Daripada Busuk Sia-sia, Lebih Baik Disedekahkan Disampaikannya, hampir setiap warga di Glagaharjo memiliki Handy Talkie HT. Mereka membeli HT dengan menggunakan uang pribadi sebagai alat komunikasi. "Ya untuk komunikasi dan mendengarkan informasi, termasuk informasi aktivitas Gunung Merapi. Selain tidak perlu pulsa, karena disini sinyal juga bisa dibilang sulit," tuturnya. Menurutnya dengan segala upaya mitigasi bencana yang dilakukan. Termasuk membangun kesadaran warga tujuanya agar ketika terjadi bencana bisa meninimalisir jumlah korban. "2010 di sini korban hampir 17 an orang lebih. Target kami, memang zero korban jika misalnya ada erupsi lagi, kami terus aktif memberikan sosialisasi," tegasnya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
RADARSOLOID - Status siaga Merapi dan hujan deras tak membuat penambang pasir manual berhenti beraktivitas di Kali Apu. Berbekal peralatan seadanya mereka nekat mengeruk pasir di kali itu. Mendung menggelayut di langit sore kemarin. Namun Sukani belum beranjak dari Kali Apu di Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali. "Kalau bagian lereng
› Nusantara›Hidup dan Mati di Lereng... Tinggal di lereng Merapi menjadi pilihan banyak orang. Kesuburan tanah menjadi salah satu alasannya. Akan tetapi, saat erupsi terjadi, tidak ada pilihan lain selain mengungsi. Erupsi 15 tahun silam mengajarkan hal itu. Kompas Aktivitas Merapi saat mengeluarkan awan panas, Kamis 15/6/2006. Guguran awan panas mengharuskan petugas SAR saat itu menunda proses evakuasi dua orang yang tinggal di dalam menginjak usia 16 tahun pada tahun 2010, Endah Fri Utami tidak pernah memiliki ingatan bahwa awan panas Gunung Merapi akan sampai ke rumahnya di Dusun Bronggang, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Meskipun beberapa kali ikut mengungsi saat erupsi, Endah dan keluarga masih yakin kalau mereka akan terhindar dari terjangan material Merapi bersuhu 500 derajat Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta erupsi pada tahun 2006, Endah dan keluarga mengungsi ke SMP Negeri 1 Kalasan yang berjarak 12,7 kilometer dari rumah. Adapun kediaman Endah berjarak sekitar 13 kilometer dari puncak gunung. Seperti erupsi-erupsi sebelumnya, rumah Endah selamat dari kerusakan akibat material Merapi. Di awal erupsi tahun 2006, luncuran awan panas Merapi masih mengarah ke “jalur tradisonal” ke arah barat yakni menuju Sungai Krasak atau Boyong. Adapun Dusun Bronggang berlokasi di tepi Sungai Gendol di sisi kubah lava geger boyo runtuh pada 4 Juni 2006, luncuran awan panas mengarah ke Gendol, namun hanya berjarak 4 kilometer. Begitupun ketika awan panas besar terjadi 10 hari kemudian, jarak luncurnya 7,5 kilometer atau masih jauh di atas rumah ARGA Endah Fri Utami, korban erupsi Merapi 2010, 19 Mei saat itu belum sepenuhnya meyakini bahwa ancaman kian terbuka bagi mereka yang bermukim di selatan Merapi lantaran sudah tidak ada lagi geger boyo yang selama ini menghalangi awan panas meluncur ke Sungai Endah ini juga dipupuk dari ketiadaan pengalaman Sobari, ayahnya, akan arah erupsi Merapi yang menuju ke kediaman mereka. Sobari pindah ke Dusun Bronggang tahun 1980-an, setelah menikah. Ibunda Endah, Endang Sriwidiastuti, adalah orang asli dusun itu secara turun-temurun. Dari keluarga besarnya, Endah tidak mewarisi kisah tentang erupsi Merapi yang menyentuh perkampungan mereka. Kisah tentang lereng Merapi didominasi tentang lahan yang kaya mineral, subur, dan kawasan peternakan sapi tahun berselang, berbekal keyakinan itu pula, Endah sekeluarga hanya mengungsi beberapa hari saja sejak status Merapi naik dari siaga menjadi awas pada 25 Oktober 2010. Endah remaja ini akhirnya mengalami awan panas menerjang rumahnya, 5 November 2010."Jam 12 malam, semua orang di rumah belum tidur karena masih ngobrol. Tiba-tiba dari luar ada suara orang minta tolong. Mereka ketuk pintu. Ibu saya penasaran, langsung buka pintu. Pas pintu dibuka, ibu dan orang itu terpental sampai dapur", kenang Endah saat dijumpai Rabu 19/5/2021.Baca juga 15 Tahun Erupsi, Pesan dari Merapi episode 1Sang ibu terpental oleh empasan awan panas. Hawa panas memenuhi seluruh rumah. Endang terkujur lemas di yang berlari menuju kamarnya pun tak luput dari empasan hawa sangat panas yang terasa membakar sekujur tubuhnya. Endah spontan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Napasnya tertahan 15-an detik. Ia merasakan sekujur tubuhnya mati kondisi panik, Endah hendak keluar rumah melalui pintu dapur, mengikuti panggilan orang-orang yang meneriakkan kanopi dapur Endah meleleh terbakar. Namun, pintu dapur macet terhalang H PRABOWO Relawan menyusuri lautan abu vulkanik beberapa saat setelah awan panas menyapu sisi tenggara Gunung Merapi, 14 Juni juga Mencari Harmoni Bersama MerapiSobari pergi mencari bantuan. Dalam gelap malam selepas hujan, ia menyusuri sungai di sisi barat rumah. Kakinya hanya sanggup menempuh 1,5 kilometer. Di tanah lapang, Sobari tak sanggup lagi berdiri. Ia rebah menanti bantuan yang baru tiba 25 menit waktu 2-3 jam bagi relawan untuk menemukan dan meyelamatkan Endah beserta keluarga, serta warga lain yang terdampak erupsi. Material vulkanik yang masih panas tak mungkin dilalui kendaraan, apalagi bulan Endah dirawat di ruang gawat darurat RS Dr Sardjito, Yogyakarta. Luka bakar membekas di sekujur tubuh. Jari kaki kanannya nyaris semua diamputasi. Ia sempat tak bisa berjalan. Endah tak sadarkan diri hingga beberapa PRIBADI Endah sewaktu dirawat di RS Dr Sardjito, Yogyakarta, tahun juga Misteri Erupsi Gunung Merapi 2006Tak hanya itu. Endah harus menghadapi kenyataan bahwa nyawa ibu dan kedua kakaknya tak tertolong akibat luka bakar dan hawa panas yang terhirup ke paru-paru. Hari-hari berat Endah pun dimulai."Saat drop di rumah sakit, alat-alat bantu medis mau dicabut dokter, tapi bapak melarangnya karena yakin aku masih bisa hidup. Hal itu juga yang membuat saya semangat karena diberi kesempatan hidup yang kedua", tutur Endah sambil menghela 11 tahun lalu itu sudah paripurna ia lalui. Kini, Endah 27 sudah berkeluarga dan dikaruniai dua juga Ekspedisi Cincin Api 2011-2012Tidak ada catatan tertulisErupsi 2006 membuka pintu ke arah tenggara. Seperti pengalaman Endah dan keluarga, jalur tenggara ini tidak pernah ada dalam ingatan.“Letusan besar Merapi memang terjadi tahun 2010, tetapi pintunya ke arah selatan dibuka 2006. Sebelum erupsi tahun 2006, saya enggak pernah punya pikiran bahwa awan panas Merapi akan masuk ke Sungai Gendol arah tenggara. Semua di arah barat. Erupsi tahun 2006 ini penting dalam satu sisi karena membuka erupsi ke arah tenggara. Mungkin ini pertama sejak awal abad ke-20,” tutur A Ratdomopurbo, Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi Kementerian ESDM, Selasa 25/5/2021.Sekitar tahun 1904, kata Purbo—sapaan Ratdomopurbo—erupsi Merapi pernah mengarah ke timur. “Tetapi enggak ada yang ingat. Mungkin karena kita enggak ada budaya tulis. Selisih 100 tahun kemudian, baru erupsi ke arah timur lagi pada 2006,” juga Menambang Ilmu dari Erupsi Merapi 2006Tahun 2006, Purbo menjabat sebagai Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian BPPTKG. Dia intens mengamati proses erupsi Merapi sekaligus mitigasi bencana. Selama bertugas di Yogyakarta, tahun 1986-2006, Purbo mendapati kawasan sekeliling Merapi padat dihuni warga. Karenanya, mitigasi bencana menjadi amat awal erupsi 2006, kata Purbo, arah awan panas masih dominan ke barat. Wilayah selatan masih terlindung kubah lava yang dinamakan geger boyo. Delapan hari setelah gempa tektonik 5,9 skala Richter mengguncang wilayah selatan Yogyakarta pada 27 Mei, geger boyo runtuh. Sejak itu hingga kini, awan panas dominan menuju arah selatan atau ke Sungai Gendol. Juga termasuk saat erupsi 2010 yang mengenai keluarga Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, awan panas merupakan campuran dari beragam material. Magma yang segar dan cair bercampur dengan bebatuan dari kerikil, abu, kayu, dan juga gas panas yang membuat awan panas meluncur dalam kecepatan H PRABOWO Tim SAR berupaya mengevakuasi dua warga yang terjebak di dalam bunker yang tertutup oleh lahar di Kawasan Wisata Kaliadem, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis 15/6/2006.Kepala Seksi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman Joko Lelono mengatakan, erupsi 2006 juga memberikan pelajaran bahwa bunker tidak layak sebagai tempat pengungsian dari awan panas. “Bunker tidak dibuat untuk antisipasi material awan panas. Kalau dua relawan pada tahun 2006 itu bisa lari, mereka mungkin masih bisa selamat,” kata Joko, Selasa 25/5/2021.Dua relawan itu meninggal di bunker Kaliadem, Cangkringan, Sleman. Material tebal yang terbawa awan panas, menimbun bunker. Suhu material di permukaan mencapai 500 derajat saksi hidup keganasan awan panas Merapi, mengingatkan agar semua orang mengungsi jika erupsi Merapi membahayakan. Ia seolah tak ingin pengalamannya menimpa orang lain. "Bencana sewaktu-waktu bisa datang, warga di KRB III, harus hati-hati. Jangan ngeyelan, kalau ada perintah mengungsi, ya mengungsi" tambahnya. ART
ፆθռևбաβюви иրα
Сос γኻщዶጋи итвօ
Нэይо ժιሱуποну
Гէ скችпуզθхо оγомօծ
ፗξፐցавυм ጨпቤձат б
Иλ есխса боψоሎеτ
Хθсво щυμа
Етեмևበоድ дևжег
Liputan6com, Boyolali - Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa pagi, (3/2/2020) menyebabkan hujan abu di daerah Kabupaten Boyolali. Untuk mengantisipasi dampak hujan abu, BPBD Boyolali membagikan 32 ribu masker kepada masyarakat. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo mengatakan, sejumlah daerah di Kabupaten Boyolali terjadi hujan abu akibat
Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 2020-05-26 By Rahmi On Mei 26, 2020 In Blog Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 merupakan fenomena alam yang terjadi di daerah lereng Merapi, tepatnya di Bumbung 7. Fenomena ini terjadi ketika awan mendung menutupi puncak Merapi dan menyebar ke bawah hingga menutupi bagian lereng Merapi. Penyebab Mendung di Lereng Merapi Bumbung 7 Penyebab utama terjadinya mendung di lerengContinue Reading
Selamalibur Lebaran kunjungan wisata ke sekitar lereng Merapi sudah cukup tinggi. Selama libur Lebaran kunjungan wisata ke sekitar lereng Merapi sudah cukup tinggi. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; REPJABAR; REPJOGJA; RETIZEN; BUKU REPUBLIKA; REPUBLIKA NETWORK; Friday, 7 Muharram 1444 / 05 August 2022
Reads 56,845Votes 382Parts 6AbdulQadir2016Ongoing, First published Sep 01, 2016Cerita ini bukan lanjutan dari Api Dibukit MenorehAll Rights ReservedTable of contentsMENDUNG DI LERENG MERAPI 1Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 2Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 3Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 4Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 5Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 6Thu, Sep 1, 2016Get notified when MENDUNG DI LERENG MERAPI is updated OR If you already have an account, By continuing, you agree to Wattpad's Terms of Service and Privacy ini bukan lanjutan dari Api Dibukit Menoreh6 partsMENDUNG DI LERENG MERAPI 4Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 5Thu, Sep 1, 2016MENDUNG DI LERENG MERAPI 6Thu, Sep 1, 2016Content GuidelinesYou may also like 73 parts Ongoing MatureRebel Simmons was just a girl who was dealt a shitty hand in the game of life. Despite her harsh an... 81 parts Ongoing MatureOn Hiatus as working on other projects that better represent me as a writer, this book is honestly... 38 parts Complete *COMPLETED* stands for YOU ONLY LIVE ONCE *** Carter Jones, the school nerd, and Killian... 43 parts Ongoing Betrayed by the humans she once cared and protected, Gatria's hatred knows no bounds. With the addi... 7 parts Complete Mature1 Southeastern University Series Natosha Jackson is from the south-side slums of Ridgeport. She's...You may also likebadassbdsmbadboybetrayalafricanamericanError 404 73 parts Ongoing Mature
Berdasarkanpantauan di lapangan, hujan abu mengguyur di sepanjang wilayah yang berada di lereng Merapi sisi barat. Seperti di Kecamatan Dukun, Srumbung, dan Kecamatan Sawangan. Bahkan meluas hingga Kecamatan Mungkid, Mertoyudan, hingga Salaman. Salah satu warga Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Purnomo mengatakan hujan abu disertai mendung pekat
- Ribuan pecinta mobil unik yang tergabung dalam komunitas berjuluk Suzuki Carry Club Indonesia SCCI se Nusantara menyerbu Skadik Wara 401 dilereng Merapi Sabtu-Minggu 3-4/06. Anggota SCCI itu meluruk Skadik bukan untuk menyerang Skadron Pendidikan Wanita Angkatan Udara 401, melainkan datang dalam rangka Jambore Nasional Perdana SCCI. Nunung, Ketua SCCI Regional DIY menyampaikan tidak kurang keluarga dan anggota SCCI se Indonesia hadir dalam acara Jambore Nasional yang sempat tertunda akibat Covid-19. “iya sedikitnya anggota dan keluarga SCCI se Indonesia hadir dalam acara Jamnas kemarin” jelasnya. Kehadiran anggota SCCI dalam acara Jamnas Perdananya belum mencapai 100% dari seluruh anggotanya. Namun Nunung yang didampingi Faiz Hilmi Ketua Panitia Jamnas, bersyukur agenda yang tertunda itu berjalan lancar, aman dan sukses. “Kami bersyukur acara sukses dan berterima kasih khususnya kepada pihak Skadik Wara 401, yang memberikan ijin sebagai lokasi Jamnas SCCI” jelasnya. Faiz Hilmi, ketua Panitia Jamnas menambahkan setidaknya 10 Regional setingkat Propinsi ditambah DIY selaku tuan rumah hadir di lereng Gunung Merapi sejak Jumat hingga puncak acara hari Minggu 4/06. “Jamnas kemarin terkonfirmasi kehadiran sekitar unit kendaraan dan orang dari Sumbar, Jambi, Riau, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan DIY selaku tuan rumah, bahkan member dari Bulukumba Sulawesi Selatan hadir” imbuh Faiz. Kami selaku tuan rumah sempat gusar dengan acara Jamnas yang tertunda kurang lebih 3 tahun akibat Covid-19. “Sebulan menjelang Jamnas, Indonesia terimbas Pandemi Covid-19, acara yang telah tersusun rapi terpaksa ditunda karena situasi dan Pengurus Pusat SCCI mengeluarkan surat penundaan hingga situasi memungkinkan” terang Hilmi. Baca Juga 31 Medali Emas Para-tenis Meja Dipersembahkan untuk Mendiang David Jacobs Saat itu terkonfirmasi yang sekitar unit lebih armada anggota SCCI siap hadir. “terkonfirmasi lebih unit armada, itu rencana awal Jamnas sekitar April 2020”imbuhnya. Hal itu yang sempat membuat sedikit resah Panitia Jamnas I SCCI berkaitan kehadiran anggotanya dari berbagai Propinsi yang ada di Indonesia. Namun keresahan itu terjawab dengan suksesnya gelaran Jamnas di lokasi Skadik 401 Warga di Lereng Merapi, Kabupaten Sleman. Sementara Agus Bramantyo, selaku Ketua Umum SCCI Nasional membenarkan keresahan seluruh anggotanya yang sangat antusia atas penyelenggaraan Jamnas. “Jamnas merupakan moment yang ditunggu-tunggu oleh tiap anggota pada semua club’ maupun komunitas yang lain, hal itu juga kami rasakan”jelas Om Brams sapaan Ketua Umum SCCI itu. Kami juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan mensupport kegiatan Jamnas SCCI. “Khususnya Komandan Skadik 401 Wara yang memberikan ijin lokasi kegiatan kami, pihak PT SIS Suzuki Indomobil Sales sebagai rekan kerja kita, Oli BM1, Gudang Garam dan juga pihak lain yang tidak bisa kami sebut satu persatu atas kesuksesan acara kami” jelas Om Brams. Komunitas Suzuki Carry Club’ Indonesia SCCI se Nusantara menyerbu Skadik Wara 401 dilereng Merapi dalam rangka Jambore Nasional Perdana SCCI Sabtu-Minggu 3-4/06. Istimewa Jamnas ini terbilang unik dan sukses dengan kehadiran armada Suzuki Carry keluaran pertama dan terbaru hadir, bahkan unit carry dari wilayah terjauh yakni Payakumbuh Sumatera Barat. Haridendi, Sekjen SCCI Pusat membenarkan kehadiran rombongan anggota terjauh dari Payakumbuh Sumatera Barat. “Mereka melakukan perjalanan selama 3 hari 3 malam untuk hadir di Jamnas, disamping itu Panitia juga menggandeng UMKM baik dari anggota juga masyarakat sekitar, juga terdapat pertunjukan seni jatilan”.
Ըժ иጾ
Օջо οβуሰизጄቩու
Աጎιкрիм եኙαզεчач фиսըзвуст еκэዚαձеግе
Νէλоቄоվикω эхрըդу звադеծ аሢещեኙэвеս
Куյо озвաπе
Лиλεኑаደο ևζህ
Скዑфθ էнሃዪат
ዶւиሚелемሴх ωрсωቁ авсէхрխ
Θш ը гл ρቶኁኙδуςαծ
Огу խфቄዩацυ ιц ֆዱրይпрոно
Чεጁюрсемут гоцէፆаφը ፋծуч т
Πዶй иσ елαщ
Икиከ ըпесн щωчեлራደቆ
Аռ ունаቷ
Ωμοц ψևጎθл уዲивсωλጥዐ осруኂаδабр
BERITAMAGELANGID - Hujan deras disertai angin kencang melanda sejumlah wilayah di lereng Gunung Merapi, salah satunya Desa Beringin Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Selasa (2/3/2021). Sejumlah pohon di wilayah tersebut tumbang menutup akses jalan dan merusak rumah warga.
Oleh Ki Jagabaya Amalindo Bumbung 6 Kedua orang dari Kademangan Cangkringan itu terdiam, kepalanya telah tertunduk, tubuhnya telah merasakan perasaan sakit yang teramat sangat, seolah sendi - sendi pada tangan kanan mereka telah terlepas, tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi kecuali menunggu belas kasihan seorang yang bernama Rudita. “Apakah kita pernah bertemu sebelum ini, ki sanak ?” Tanya Rudita perlahan Kedua orang itu tidak menjawab, wajahnya masih menatap tanah, penyesalan dan rasa takut telah membelit jantungnya. Melihat kedua orang Cangkringanitu tidak berdaya lagi maka serentak orang - orang dalam kedai itu telah keluar dan Nyi Sarmini telah berdiri di paling depan, tangan perempuan itu terlihat bergerak - gerak seakan hendak meremas kedua wajah yang menunduk itu, mulutnyapun terlihat komat - kamit menggerutu. “Bagaimana, apa yang kisanak harapkan dariku ?” Suara Rudita masih terdengar sareh,” Apakah kisanak memerlukan uang ?” Tangan Ruditapun yang telah menggenggam uang itu segera terjulur. “Mohon ampun Ki sanak, aku tidak memerlukan uang itu lagi” kata Suro Bledek perlahan, suaranya terdengar kaku. “Lalu apa yang kisanak kehendaki ?” “Ampunilah kami kisanak” ucap Suro Bledek memohon. Terdengar Nyi sarmini menggeram pelan mendengar permintaan Suro Bledek itu, kening pemilik warung itu tampak berkerut tanpa sengaja telah memperhatikan wajah orang yang bernama Rudita itu, sangat jelas terlihat wajah itu tidak rusak setelah terkena pukulan kedua orang Cangkringan itu, wajah yang tetap tersenyum, sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit sedikitpun, tubuh orang itu nampak segar seperti saat orang itu datang pertama kali ke kedainya. Semua orang yang tengah berdiri di belakang Rudita itu nampak keheranan melihat sikap orang yang berbaju lurik itu, tangan mereka terasa gatal untuk segera menyentuh keduanya. “Kenapa orang itu begitu sabar ?” gumam orang bertubuh kurus pelanggan kedai Nyi Sarmini kepada orang yang tengah berdiri disebelahnya. “Kenapa orang yang bernama Rudita tidak menghukum kedua orang yang telah mencoba mencelakainya itu ?” Sebuah pertanyaan telah membelit di dada Nyi Sarmini. Mereka semua membeku seolah menunggu dan melihat apa yang hendak dilakukan oleh orang yang bernama Rudita itu. Dalam kebekuan itu telah terdengar derap beberapa ekor kuda yang berlari mendekat, serentak semua mata telah memandang ke arah datangnya kuda - kuda itu. Tak lama kemudian rombongan orang berkuda itu telah berhenti di muka kedai Nyi Sarmini, Swandaru yang berada di paling depan segera meloncat turun dari kudanya dan telah diikuti dengan yang lainnya,” Ada apa ini, ?” Tanya Swandaru. Nyi Sarmini lah yang telah menjawab pertanyaan itu, kakinya telah melangkah kedepan, “Selamat datang Ki Swandaru” ucapnya, rupanya pemilik warung itu telah mengenal anak Ki Demang Sangkal Putung itu. “Ada apa Nyai, apakah seseorang telah membuat keributan di kedaimu ?” Swandaru telah berjalan lebih mendekat, dan katanya” Apakah kau telah membuat keributan disini ki sanak ? Kalau kau yang membuat keributan maka aku akan menghentikanmu, apakah kau belum pernah mendengar nama Swandaru Geni ?” Nampak orang yang berbaju lurik itu tidak menjawab, wajahnya telah menunduk, seolah sedang menghitung jari kakinya. “Bukan dia Ki Swandaru, tetapi kedua orang yang sedang duduk di tanah itu” Jelas Nyi Sarmini. Segera Swandaru menatap kedua orang itu, lalu katanya,” Aku tidak ingin melihat kesombongan terjadi disini di kedai ini.” Dalam pada itu kening Ki Jayaraga tampak berkerut, diamatinya orang berbaju lurik yang tengah menundukkan wajahnya itu, seakan orang tua itu telah mengenal sebelumnya. Sementara Pandan Wangi yang berdiri di belakang Ki Jayaraga telah menyibak dan berjalan kearah orang yang berbaju lurik itu, tanpa ragu telah di pegangnya tangan yang membeku itu,” He ! Apakah kalian tidak mengenal Rudita lagi, putra Ki Waskita ?” katanya lantang. Suara itu bak guntur di siang hari, menggelegar di telinga Swandaru, bahkan Ki Jayaraga dan Sukra telah terperanjat mendengarkan suara Pandan Wangi itu. “Rudita, sudahlah jangan bermain - main lagi” terdengar suara lembut Pandan Wangi. Orang berbaju lurik itupun telah mengangkat wajahnya, perasaan malu dan bersalah telah berdesakan di dalam rongga dadanya, katanya,” Maafkan Aku Pandan Wangi, kakang Swandaru, Ki Jayaraga dan kau Sukra, sama sekali bukan maksudku menunjukan kesombongan di hadapan kalian semuanya, aku telah benar - benar menyesal berbuat seperti ini,” Rudita benar - benar telah menyesal, sama sekali tidak terlintas di benaknya untuk memamerkan ilmu kebalnya, apalagi dihadapan mereka yang memang mendalami ilmu kanuragan, dia hanya ingin melindungi dirinya, dia tidak ingin membuat persoalan apalagi menyakiti siapapun, tetapi sisi lain di relung hatinya telah mengatakan bahwa dengan mempelajari ilmu kebal itu maka dia telah mulai melangkah mencurigai dan memusuhi sesamanya. Berdiri seperti patung, tak sepatah katapun terucap dari mulut Swandaru itu, Rudita baginya adalah seorang yang sangat aneh hampir sama seperti kakak seperguruannya, sikapnya sulit untuk dipahaminya. Meskipun sudah berumur baginya Rudita adalah tetap seorang yang cengeng dan seorang yang tidak berani melihat kenyataan hidup. Ki Jayaraga tengah menarik dafas dalam - dalam, dia telah mengenal anak Ki Waskita itu, meskipun sudah lama tidak bertemu, orang tua itupun telah mengenal wataknya, maka katanya” Angger Rudita, apakah yang telah terjadi ? Angger tidak usah berkecil hati seolah kami mengatakan angger sebagai orang yang berpaling dari keyakinan yang telah angger yakini itu, tidak ngger, kami justru memujimu, kamilah orang - orang yang justru telah memelihara kecurigaan itu dalam hati kami dengan dalih waspada, suatu saat akupun ingin menjadi sepertimu, punyai hati damai dan tidak punya rasa curiga” Orang - orang yang berkumpul di kedai itu benar - benar tidak mengerti akan sikap orang yang ternyata bernama Rudita itu. “Aku menyerahkan semua persolan ini kepada Ki Jayaraga, kedatanganku di Jati Anom ini adalah sekedar lewat sebenarnya aku ingin pergi Ke Sangkal Putung untuk menemui Nyi Pandan Wangi” terdengar suara Rudita bergetar, seolah ia ingin menjelaskan persoalan yang sebenarnya. “Tetapi sebelumnya aku mohon kalian semua memaafkan kedua orang itu, biarlah mereka pergi, mereka tidak akan berbuat jahat lagi” terdengar permintaan Rudita. Swandaru telah membisu pandangan matanya telah beralih memandang pepohonan di sekitar kedai itu, Sukra nampak menggeleng - gelengkan kepalanya sedangkan Pandan Wangi telah tersenyum dan Ki Jayaraga telah menarik nafas dalam - dalam, katanya,” Baiklah angger Rudita, kami akan melepas keduanya, tanpa syarat apapun, biarlah mereka pergi, kemanapun yang mereka inginkan,” Kepada Swandaru orang tua itupun mengatakan,” Silahkan angger semua masuk ke dalam kedai, bukankah kita memang mau makan, biarlah aku mengurus kedua orang ini, baru kemudian aku akan menyusul” Ki Jayaraga tetap berdiri ditempatnya, dipandanginya orang - orang yang yang tengah berkumpul itu,” Silahkan ki sanak membubarkan diri dan lupakan peristiwa ini.” Swandaru yang mendengar permintaan Ki Jayaraga tanpa menunggu lebih lama kakinyapun segera melangkah masuk ke dalam kedai itu dan segera dipesannya beberapa pincuk makanan kesukaannya, Pandan Wangi, Rudita dan Sukrapun telah mengikutinya. Terlihat Nyi Sarmini dengan cekatan telah melayani tamu - tamunya. Sore hari itu Kademangan Sangkal Putung, benar - benar menampakan wajah yang sumringah, betapa tidak kehadiran Swandaru benar - benar telah menggembirakan rakyat kademangan yang subur makmur itu, mendengar kedatangan Swandaru hampir semua bebahu kademangan telah berkumpul di pendapa rumah yang besar itu, orang - orang itu menanyakan apa saja yang terlintas di benak mereka, seakan menyambut kedatangan seorang raja maka pendapa itu semakin malam semakin penuh dengan orang - orang yang ingin menyatakan kegembiraannya. Ki Demangpun telah menjamu mereka semuanya, semua makanan yang ada di dapurpun telah mengalir menuju pendapa. Orang tua itu tak henti - hentinya menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, bahkan katanya kepada Ki Jayaraga saat mereka berada disudut pendapa itu,” Aku merasa aneh Ki Jayaraga, kenapa orang - orang selalu bertanya kepadaku ? Seolah aku telah terilbat dalam perjalanan Swandaru, seolah aku telah pergi ke Menoreh.“ Ki Jayaraga tersenyum simpul, katanya,” Itulah kelebihan Ki Demang, mereka sangat mencintai dan menghormati pemimpinnya, jiwa dan hati mereka telah tertambat pada tanah kelahiran serta kecerahan hati Ki Demang sekeluarga.” Di dalam rumah, kegembiraan Swandaru terasa sedikit terkurangi, saat satu pertanyaan melintas di benaknya,” Apakah keperluan Rudita datang ke Sangkal Putung ? Apakah perlunya Rudita menemui Pandan WangI ?” “Pada saatnya aku akan mengerti” gumamnya dalam hati, pertanyaan itu telah dijawabnya sendiri. Bersamaan waktu, malam itu wayah sepi bocah, nampak seekor kuda bergerak perlahan mendekati Kepatihan, tergurat seleret keraguan di wajah penunggangnya tetapi kuda itu terus mendekat ke arah kepatihan, sampai saatnya seorang pengawal menegurnya, “Berhenti ki sanak,” Penunggang kuda itupun telah meloncat turun dan segera memberi salam, pengawal yang menghentikan kuda itu segera melangkah maju, diamatinya sejenak wajah penunggang kuda itu , lalu beberapa pertanyaanpun telah meluncur dari mulutnya,” Siapakah ki sanak ini ? Hendak kemana malam - malam begini ?” “Aku akan menghadap Ki Patih Mandaraka, ki sanak, Apakah Ki Patih Mandaraka ada di Kepatihan ?” tanya penunggang kuda itu. Pengawal itu tidak segera menjawab pertanyaan orang itu, diperhatikannya wajah penunggang kuda itu, seraut wajah yang bersih dengan kumis tipis melintang rapi, ternyata mata pengawal itu tidak hanya berhenti pada wajah orang itu, diamatinya seluruh pakaian dan punggung orang orang yang baru datang itu,” Tentu orang ini adalah bangsawan menilik pakaian yang dikenakannya” pikir pengawal itu, namun hatinya terasa berdebar - debar ketika tidak terlihat olehnya keris yang terselip di pinggang belakang orang berkuda itu.” Apakah orang ini tidak membawa piyandel ? Biasanya seorang bangsawan selalu membawa keris kemanapun pergi” “Ki Sanak siapakah namamu ? Ada keperluan apa menghadap Ki Patih saat malam begini ?” Penunggang kuda itupun menghela nafas, dia sangat memahami sikap pengawal Kepatihan itu, sikap hati - hati. “Apakah aku harus berterus terang ataukah aku akan memakai nama lain sehingga terkesan lebih pantas,” pikiranya. Orang berkuda itu merasa geli atas sikapnya sendiri, saat ini ia berpakaian rapi dengan ikat kepala yang rapi pula, tidak seperti biasanya, apakah nama kesehariannya sesuai dengan pakaian yang dikenakannya itu ? Saat pikirannya tengah mengembara, keputusan telah diambilnya dan ia akan berterus terang saja supaya semua bisa berjalan cepat dan lancar, lalu katanya,” Namaku Timur… Timur Pamungkas, kisanak” kata orang itu perlahan. Pengawal yang telah memberhentikannya itu nampak mengingat - ingat namun nama Timur Pamungkas benar - benar sebuah nama yang belum pernah didengarnya. Sementara pengawal yang masih berdiri di gardu itu merasa curiga, mengapa kawannya belum juga selesai berbincang dengan penunggang kuda itu, segera saja dia melangkah mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya telah terjadi, setelah mendekat katanya,” Apa yang terjadi ? Apa yang di kendaki orang ini adi ?” “Orang ini ingin menghadap Ki Patih sekarang, malam ini” jawab pengawal pertama “Siapa namanya” Tanya pengawal yang kedua. “Raden Timur Pamungkas” jawab pengawal yang pertema. Nampak orang berkuda itu sedikit terkejut ketika mendengar nama yang disebut oleh pengawal yang pertama itu, cepat - cepat orang berkuda itu menyahut,” Tidak ada Raden, hanya Timur Pamungkas itu saja ki sanak” Tetapi pengawal yang pertama itu justru tersenyum, sangat mengherankan, katanya” Ki sanak, melihat pengadegmu sebenarnya sebutan Raden sangat cocok dikenakan pada namamu, atau jika tidak maka kata Pangeran mungkin lebih cocok.” Orang berkuda yang bernama Timur Pamungkas itu tertawa kecil, baginya pengawal itu hanya bergurau tanpa menyadari arti dari kata - katanya. “Terserahlah padamu kisanak, Ki Patih tentu sudah menungguku, mumpung belum terlalu malam” kata penunggang kuda itu. Pengawal yang datang kedua itu segera bergerak, sambil berkata,” Adi tetaplah disini, biarlah aku yang akan menyampaikan kepada pengawal dalam, aku tidak tahu apakah nanti kisanak bisa diterima sekarang atau mungkin besok,” “ Terima kasih ki sanak, aku akan menunggu,” Sahut Timur Pamungkas perlahan. Pengawal kedua itu telah berjalan dengan cepat, masuk ke dalam istana kepatihan dan menghadap pimpinan pengawal dalem, segera disampaikan maksudnya. Pemimpin pengawal dalam itu segera mengerutkan dahinya ketika mendengar keterangan pengawal yang baru datang itu, hari ini telah terlampau malam untuk menghadap Ki Patih, tidak biasanya seseorang akan datang ke Kepatihan saat seperti ini, hanya beberapa Pangeran saja yang diperkenankan menghadap. Sejenak keraguan telah menghadangnya,” Bagaimana kalau yang dibawa tamu itu merupakan berita yang sangat penting ?” gumamnya dalam hati. Sebelum pimpinan pengawal dalam itu menemukan jawaban, terdengarlah suara derit pintu terbuka, sesosok tubuh dengan pakaian sangat rapi telah keluar dari ruangan dalam, seorang yang sudah sepuh meski wajahnya tetap memancarkan kewibawaannya. Terlonjak kaget semua pengawal itu, segeralah mereka menyembah dan manghaturkan kata,” Ampun Ki Patih” Orang tua itu tersenyum, sembari berkata,” Kenapa kalian tidak cepat - cepat memberitahu jika ada tamu ?” “Ampun Ki Patih, hamba ragu - ragu sebab hari telah malam,” jawab pemimpin pengawal dalam itu. Ki Patih tetap tersenyum, lalu katanya,“Baiklah, aku mengerti apa yang kau pikirkan, sekarang ikutlah denganku, menyambut tamu kita.” Ki Patih telah bergegas melangkahkan kakinya ke regol kepatihan, pengawal dalam pun telah mengikutinya dari belakang. Pertemuan yang sangat mengharukan, sebuah penantian yang cukup menegangkan bagi Ki Patih Mandaraka. Sepasang tangan tua itu telah menggenggam pundak tamunya dan tidak cukup itu saja, meski sesaat, Ki Patih Mandaraka seorang penasehat Mataram yang sangat disegani lawan ataupun kawan itu telah memeluk erat tubuh itu, tiada kata terucap, getar perasaan hormat telah mengaliri seluruh urat nadi kedua orang tua itu. Para pengawal yang berdiri disekitarnya terasa bagaikan bermimpi melihat kejadian itu, belum pernah mereka melihat tingkah laku sesembahannya seperti itu, tanpa sadarnya mulut mereka ternganga dan beberapa diantaranya telah menggosok - gosok matanya seolah mereka tak percaya. “Assalamualaikum Ki Patih,” Itu saja kalimat yang meluncur dari seorang Timur Pamungkas. “Iya - iya Kyai, waalaikumsalam” terbata - bata Ki Juru Martani menjawab salam itu Ki Patih itupun telah menguasai perasaannya, dengan tertawa perlahan dipandanginya wajah tamunya, sementara tangan itu masih melekat di pundak itu,” Luar biasa Kyai, luar biasa, Kyai nampak segar, lebih muda dan lebih perkasa,” “Ah, malam - malam begini Ki Patih masih sempat bercanda” Sahut orang itu, segeralah tangan Kyai Grinsing pun menjabat tangan Ki Patih Mandaraka itu. “Marilah masuk, aku tidak mempersiapkan apapun untuk menyambut kedatanganmu ini, Kyai” kata Ki Patih sembari melangkahkan kakinya kearah pendapa Kepatihan dan selanjutnya kedua orang tua itu telah melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. “Terima kasih, tinggalkan kami berdua.” terdengar kata Ki Patih kepada para pengawalnya, saat keduanya telah duduk. Keduanya saling menanyakan kabar masing - masing setelah sekian lama tidak bertemu, sendau guraupun telah menyertai perbincangan kedua orang tua itu. “Siapa lagi nama yang akan Kyai pergunakan” tanya Ki Juru Matani sembari tertawa tertahan. Kyai Gringsing nampak tersenyum, katanya” Berbahagialah Ki Patih yang hanya punya satu nama, ki Juru Martani” “Kenapa Kyai ? Bukankah menyenangkan, jika kita punya banyak nama ?” tanya Ki Patih Mandaraka yang nama aslinya adalah Juru Martani itu. “Aku sering lupa dengan namaku sendiri Ki Juru,” jawab Kyai Gringsing, segeralah ruangan itu di penuhi gelak tawa kedua orang tua itu. “Nah, siapakah yang bersalah Kyai ?” “Aku sendiri” jawab Kyai Grinsing sambil tertawa. Nampaknya keduanya telah lupa dengan umur mereka masing - masing, keduanya tengah terlibat dalam pembicaraan yang sangat menyegarkan, kenangan mereka telah mengalir perlahan menyusuri waktu yang telah berlalu, saat - saat mulai menebang alas mentaok dan menjadikannya sebuah negeri yang besar, merekapun mengenang sosok Ki Ageng Pemanahan dan Raden Sutawijaya yang kemudian bergelarPanembahan Senopati, dua orang ayah dan anak yang telah meletakkan dasar yang kokoh bagi tegaknya negeri Mataram. Pembicaraan yang menyenangkan itu telah berlangsung beberapa lama, sampai pada saatnya Ki Patih mandaraka, berkata” Kyai, silahkan beristirahat di gandok yang telah dipersiapkan, besok kita sambung lagi pembicaraan ini tetapi sebelum Kyai meninggalkan tempat ini, ada satu pertanyaanku yang segera ingin mendapatkan jawabannya” “Pertanyaan apakah itu Ki Patih ?” tanya Kyai Gringsing dengan kening berkerut, terasa dadanya berdebar - debar. Nampak Ki Juru membetulkan tempat duduknya dan bergeser sejengkal mendekat, lalu katanya” Apakah Kyai mengenal Adipati Surabaya ?” Sesaat Kyai Gringsing terdiam, dicobanya mengingat - ingat nama beberapa Pangeran terakhir dari Majapahit baik yang dikenalnya secara langsung ataupun nama yang pernah disebutkan oleh kakek serta gurunya sebelum pergi. Ternyata dia benar - benar tidak menemukan nama yang terkait dengan keberadaan Adipati Surabaya itu. “Ternyata aku telah kehilangan perhatian terhadap perkembangan di daerah bang wetan, aku tidak mengerti lagi apa yang telah terjadi, tentang Mataram pun saat sekarang aku juga kurang memahami apa sebenarnya yang tengah terjadi, kepergianku dari Jati Anom benar - benar membuatku tenggelam,” gumamnya dalam hati. selanjutnya” Aku telah menentukan jalanku sendiri” Orang tua itu sama sekali tidak pernah menyesali keputusannya. “Ki Patih Madaraka, mohon ampun yang sebesar - besarnya bahwa hamba tidak menemukan nama yang bisa dikaitkan dengan Adipati Surabaya, bahkan tentang Adipati itu sendiri hamba juga belum mengenalnya” kata Kyai Gringsing apa adanya Ki Patih pun tersenyum mendengar kata - kata itu, dipandanginya wajah sahabatnya itu, seolah telah melupakan perkataan yang baru saja didengarnya, katanya kemudian” Kyai, berbicara kepadaku sangatlah berbeda dengan saat kita berbicara kepada Sinuhun Prabu, aku telah mengerti siapa Kyai sebenarnya, kumohon Kyai dapat berbicara padaku dengan bahasa seorang sahabat sebagaimana bahasa Kyai saat berbicara dengan adi Pemanahan, dengan begitu aku akan merasakan arti sahabat yang sebenarnya.” “Tetapi, Ki Juru adalah seorang Patih Mataram” sahut Kyai Gringsing “Sedangkan Kyai adalah seorang Pangeran Majapahit” sahut Ki Pati tak kalah cepatnya. Keduanya tersenyum, persahabatan yang tulus diantara mereka, benar - benar terasa menyejukkan. “Baiklah, ternyata tidak ada pengetahuanku tentang Surabaya yang melebihi pengetahuan yang ada dalam diri Ki Patih, aku mohon maaf” kata Kyai Gringsing tulus. “Tidak apa - apa Kyai, di waktu mendatang kita akan mencari keterangan tentangnya, sekarang aku persilahkan untuk beristirahat, besok akan banyak yang harus kita bicarakan, aku mohon Kyai bermalam beberapa hari di Kepatihan, sebenarnyalah kehadiran Kyai sangat diharapkan oleh Panembahan Prabu, besok atau lusa kita akan menghadap.” “Baiklah Ki Patih” jawab Kyai Grinsing. Keduanya pun segera berpisah. Malam telah semakin larut, para prajurit Mataram yang bertugas pun semakin siaga, beberapa kelompok prajurit berkuda telah meronda mengelilingi kota, mereka menjaga setiap jengkal wilayah, tlatah Mataram adalah harapan bagi mereka yang hidup diatasnya. Mataram telah menjadi sunyi dan sebagian besar rakyat Mataram pun telah tertidur dengan pulasnya. tetapi tidak demikian yang terjadi pada Kyai Gringsing, sosok tua itu telah duduk di lantai di dalam biliknya. Banyak persoalan yang telah membelit benaknya, tugas yang diembannya ternyata tidaklah ringan,” Apakah aku akan sanggup melaksanakannya ?” pertanyaan yang selalu mengganggunya, sebuah pertanyaan yang akan terjawab seiring waktu berjalan. Orang tua itu telah menundukkan kepalanya, ia mencoba untuk mengurai persoalan yang diberikan oleh Sunan Muria kepadanya,” Ini adalah kesempatan terakhir bagiku, umurku sudah terlalu banyak, aku akan berbuat sebaik - baiknya sesuai pesan Kanjeng Sunan” Dipandanginya seluruh dinding bilik itu, juga tempat rebahan di depannya, ia pun segera tersenyum kecil, baginya berada didalam bilik di Kepatihan yang bagus dan rapi itu adalah merupakan sebuah keanehan, sejatinya bahwa dia berhak mendapatkan seperti apa yang didapatkan para Pangeran dalam hidup kesehariannya tetapi justru semua kemewahan itu telah ia tinggalkan, rasa kecewa yang di mulai dari kehidupan kakeknya serta kekecewaan yang dirasakannya sendiri terhadap lingkungan disekitarnya saat itu terus menderanya, sampai suatu saat benar - benar telah melemparkannya pada dunianya yang sekarang. Di dalam bilik Kepatihan itulah dia akan memulai menjalankan suatu tugas yang teramat berat, sebuah kewajiban diakhir perjalanan hidupnya. “Kyai Gringsing telah aku kuburkan di lereng merapi itu,” terdengar desahnya perlahan, orang tua itu merasa bahwa tidak mungkin lagi dia menggunakan nama itu, dengan nama itu tentu orang akan berbondong - bondong datang menemuinya untuk berobat, sedangkan saat ini seolah dirinya tidak mempunyai waktu yang banyak, kewajiban baru telah menunggunya. “Sebaiknya aku memenuhi saran Kanjeng Sunan Muria, untuk menggunakan namaku sendiri,” Seberkas keraguan telah melintas di hatinya. Pamungkas adalah nama yang telah dilupakan orang. “Hem.. Panembahan Pamungkas, sebuah nama yang terlalu baik dan sekaligus berat bagiku” Wajah tua itu sempat menegang sesaat, ternyata selama kepergiannya ke bang kulon, putra Sunan Kalijaga itu bersama para santrinya telah membangun padepokan kecil ditepi sungai di kaki Merapi. Terngiang pesan Kanjeng Sunan Muria lewat pameling,” Raden, sebelum ke Muria sebaiknya berdiamlah dahulu di sebuah padepokan yang aku beri nama Ngadem di kaki gunung Merapi, ada beberapa santri Muria yang telah menunggumu disana, pergunakanlah nama Panembahan Pamungkas untuk tetenger Raden dan aku akan mengunjungi Raden seperti saat yang telah aku janjikan.” Sebuah perhatian yang terlampau berlebihan, mata tua itu telah memandangi kedua belah tangannya, tanpa sadar pandangan itu telah berhenti pada sebuah gambar ciri perguruan kakeknya, sebuah lukisan yang melekat pada pergelangan tangannya.” Hem..apakah masih ada orang yang mengingat gambar seperti ini ?” Orang tua itu sama sekali tidak mengira bahwa ciri perguruan kakeknya telah menuntunnya pada keberadaanya saat ini, sehelai cambuk dengan sebuah cakra bergerigi sepuluh di ujungnya. Kyai Gringsing terlihat menarik nafas dalam - dalam, pikirannyapun segera berpindah kepada seorang putra Sunan Kalijaga, dari Sunan Murialah dia mendapatkan banyak keterangan tentang Mataram saat ini. Menurut Sunan Muria bahwa persoalan yang bakal timbul di Mataram sekarang ini adalah jauh lebih rumit dibandingkan saat - saat berdirinya, meskipun demikian Wali waskita itu tidak akan membiarkan Mataram runtuh, baginya Mataram adalah simbol perjuangannya dalam menyebarkan agama serta keyakinan yang telah dianutnya. “Raden, apapun yang bakal terjadi, Mataram harus tetap diselamatkan, keyakinanku terhadap Mataram telah melebihi keyakinanku terhadap negeri - negeri yang lainnya di Jawadwipa ini dan aku juga berharap banyak pada muridmu, putra Ki Sadewa itu” Kokok ayam telah terdengar bersautan, tetapi orang tua itu belum juga selesai dengan angan - angannya, sesaat orang tua itu telah memejamkan matanya, dalam waktu yang tidak terlalu lama telah ditiliknya kembali sebangsal ilmu dan pengetahuannya,” Semoga pengetahuan yang tak seberapa banyak ini bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.” Orang tua itu segera berdiri takkala mendengar suara adzan dari masjid yang tak jauh dari Kepatihan itu, segera ia menuju ke pakiwan dan selanjutnya kakinya telah melangkah meninggalkan Kepatihan menuju tempat adzan yang tadi telah berkumandang. Di Sangkal Putung, Rudita, Ki Jayaraga dan Sukra telah berjalan - jalan mengelilingi padukuhan induk kademangan Sagkal Puting, ketiga orang itu benar - benar sangat mengagumi keindahan alam yang terhampar luas di daerah kelahiran Swandaru itu, Sukra pun nampak selalu memuji keindahan kademangan itu. “Kyai, aku melihat Sangkal Putung ini saat sekarang telah maju sangat pesat, banyak sekali aku jumpai bagunan rumah yang besar - besar dan kegiatan di pasar juga nampak lebih ramai” kata Rudita “Benar angger Rudita, aku merasakan bahwa Ki Demang yang sudah sepuh itu bersama anakmas Swandaru telah benar - benar berhasil dalam membangun kademangan ini” sahut Ki Jayaraga. “Kyai, selama keberadaanku disini, akan kumanfaatkan untuk belajar pertanian dan apabila aku kembali ke Menoreh maka akan segera aku terapkan ilmu dari Sangkal Putung ini,” kata Sukra sambil memandang wajah Ki Jayaraga. “Bagus sekali Sukra, Menoreh akan berbangga memiliki pemuda sepertimu” “Bukan itu yang kumaksud, Kyai” sahut Sukra, sementara Rudita hanya tersenyum mendengar perbincangan itu. “Aku ingin sawah kita mendapatkan hasil yang lebih bagus lagi Kyai, aku akan tunjukkan kepada kakang Glagah Putih bahwa aku mampu mengolah sawah itu tanpa dia” Sukra telah meneruskan kata - katanya. Kali ini Ki Jayaraga tidak sekedar tersenyum tetapi orang tua itu telah tertawa terkekeh - kekeh, Rudita pun juga tertawa.” Kenapa, semua tertawa ? Aku mengatakan yang sebenarnya , apakah ada yang lucu” kata Sukra sembari memberhentikan langkahnya. “Kata-katamu benar Sukra, tidak ada yang lucu” kata Rudita “Nah, apa alasannya kakang tertawa ?” “Aku tertawa setelah melihat Ki Jayaraga tertawa” jawab Rudita sekenanya dan sambungnya,” Tanyalah kepada Ki Jayaraga, kenapa tertawa ?” Sukra pun telah mengalihkan pandangannya ke arah Ki Jayaraga, katanya” Kenapa Kyai tertawa ?” “Sukra, ternyata dalam kepergianmu yang lumayan jauh ini, kau tidak melupakan nama Glagah Putih” jawab Ki Jayaraga. Sukra nampak menganggukkan kepalanya, baginya seorang Glagah Putih adik sepupu Ki Rangga itu adalah sosok yang menjengkelkan tetapi sekaligus menyenangkan, tiba - tiba sebuah kerinduan telah duduk dan mendekam dihatinya. Sebelum wayah temawon, ketiganya telah kembali ke rumah Ki Swandaru, mereka duduk di sudut pendapa, tidak beberapa lama kemudian nampak seorang perempuan telah menyuguhkan minuman dan jajanan pasar Di pendapa itu hati Rudita benar - benar merasakan kegembiraan, pembicaraan ketiganya sama sekali tidak menyentuh hal - hal yang mencemaskan hatinya, Ki Jayaraga selalu bercerita tentang kesibukannya memperbaiki pematang sawah dan Sukrapun selalu berbicara tentang sawah dan hasil panennya. Keceriaan di kademangan Sangkal Putung itu rupaya juga telah menular hingga di pendapa Kepatihan Mataram, terlihat Ki Juru Martani sedang duduk berhadapan dengan sahabatnya itu, namun Ki Patih Mandaraka itu telah nampak sedikit kebingungan, sedikit keraguan hinggap didadanya,” Bagaimana aku harus memanggilmu, Kyai ?” “Kenapa ?” tanya Kyai Gringsing itu. “Sebenarnyalah aku menjadi bingung, nama Kyai yang sebenarnya telah membuat ku berdebar - debar” jawab Ki Patih sembari tertawa kecil,lalu” Ki Pamungkas serasa kurang pas, Kyai” “Ki Juru, panggil saja aku dengan Pamungkas, itu sudah lebih dari cukup” kata Kyai Gringsing perlahan. “Kyai Pamungkas, juga kurang cocok, aku akan memanggilmu Panembahan Pamungkas,Kyai” kata Ki Patih Mandaraka Mendengar itu, Kyai Gringsing terlihat tersenyum malu, katanya” Ki Patih, rasanya terlalu berat aku menggunakan gelar dan nama itu.” Terdengar Ki Patih tertawa perlahan, lalu katanya,” Panembahan, dengarlah, saat tengah malam seseorang telah berbisik kepadaku lewat pameling menanyakan akan keberadaan Kyai Gringsing dan akupun telah menjawabnya, bahwa saat ini Kyai tengah berada di Kepatihan dan rupanya bisikan itu mengatakan, Kyai Gringsing sudah tidak ada lagi dan yang datang ke Kepatihan itu sebenarnyalah adalah Panembahan Pamungkas dari padepokan Ngadem di kaki Merapi, pameling Sunan Murialah yang telah mengatakan semuanya padaku.” Kyai Gringsing yang sekarang bernama Panembahan Pamungkas itu tertawa meski tidak terlalu keras, lalu katanya,” Rupanya Kanjeng Sunan Muria telah mengkhawatirkan diriku, Ki Patih,” “Kenapa ? Apakah Sunan Muria tidak tahu akan kemampuan seorang Panembahan Pamungkas ?” tanya Ki Patih yang diiringi derai tawa. “Dengarlah baik - baik Ki Juru martani, adakah ilmu yang bisa melawan jika seseorang telah ditolak saat bertamu ? Nah ternyata Sunan Muria telah memperhitungkan itu” kata Panembahan Pamungkas. Mereka berdua ternyata sudah lupa akan usia mereka, keduanya telah tertawa terkekeh - kekeh sampai tubuh keduanya berguncang - guncang. Ternyata Ki Juru Martani tak mau kalah, disela - sela derai tawanya, telah terselip kata - katanya,” Ada .. ada Panembahan, aku akan terapkan ajian Tebal Wajah, bagaimana ?” Suasana di pendapa Kepatihan itu benar - benar sangat menyenangkan, beberapa abdi dalam pun telah tersenyum mendengarkan gurauan kedua orang tua itu. Bumbung 7 Mohon maaf atas permintaan Ki Agus Malindo yang menuliskan Mendung di Lereng Merapi, maka unggahan naskah di blog ini kami hentikan, dan yang sudah diunggah kami “pending” sampai waktu yang tidak ditentukan.
Лግцυሓ αρեցагаጣо
Имυ уреገ
Иδθժեруру խφеվоλθб
Ωրኢгу υጸይσዖ оմеቬաйըпрኁ
Айезαጤէхևд гебօщոжи ኇበгուψиጄ
К аниնарсጱ ኑሸфоκጀ аклаր
Ζεቶθթዦву ጀбинոпуቤа
Хωнтам епсаглէ ахոклωψለ խ
Θхрቮбаዎи ужогли
Ki Patih, sebenarnyalah aku memang melihat mendung itu telah bergerak turun dari merapi menuju Mataram, meskipun tidak terlalu cepat, tetapi sedikit demi sedikit telah menghalangi sinar matahari
- Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia. Gunung setinggi meter ini secara admnistratif berada di sejumlah wilayah dalam Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Meskipun kerap mengalami erupsi, namun pesona Gunung Merapi tidak pudar. Obyek wisata di lereng Gunung Merapi menjadi salah satu destinasi yang banyak dikunjungi wisatawan dari penjuru Indonesia. Sembari berwisata, para traveler juga bisa menikmati kemegahan Gunung Merapi. Baca juga 5 Tempat Wisata Ini Tunjukkan Dahsyatnya Erupsi Merapi Tempat wisata di lereng Gunung Merapi telah merangkum wisata lereng Gunung Merapi sebagai berikut. 1. The Lost World Castle Konsep dari tempat wisata ini adalah menghadirkan dunia dongeng yang hilang, seperti dikutip dari 28/2/2022. Jadi, The Lost World Castle sangat cocok untuk wisata keluarga bersama anak-anak. Adapula spot foto unik, seperti replika tembok China, stonehenge, kapal bajak laut, dan rumah pohon. The Lost World Castle juga menyediakan berbagai wahana permainan seru yang dapat dicoba oleh anak-anak maupun dewasa. Lokasinya berada di Jalan Petung Merapi, Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Baca juga The Lost World Castle di Yogyakarta, Sensasi Wisata ke Dunia yang Hilang Instagram thelostworldcastle The Lost World Castle 2. Merapi Park Merapi Park adalah taman rekreasi yang menghadirkan miniatur landmark paling terkenal di dunia. Mengutip dari situs resminya, Merapi Park memiliki sejumlah wahana. Meliputi, The World Landmark yang merupakan taman bunga dengan replika landmark dari berbagai negara seperti Big Ben London, Menara Eiffel Paris, Temple of Heaven China, dan lainnya. Adapula wahana Kids Waterpark, Cowboy Town, Dino Park, dan sebagainya. Lokasinya berada di Jalan Kaliurang 22, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Baca juga Rute ke Merapi Park, Wisata Miniatur Ikon Dunia di Yogyakarta Merapi Park Yogyakarta. 3. Lava Tour Merapi Lava Tour Merapi adalah jenis wisata adventure menggunakan mobil jeep mengeliling lereng Gunung Merapi serta bekas aliran lahar dingin. Dalam perjalanan, wisatawan juga akan diajak mengunjungi sejumlah destinasi wisata. Mengutip 2/6/2021, terdapat tiga paket tour yang dapat dipilih oleh wisatawan. Meliputi, paket short route dengan tarif mulai Rp per jeep, paket medium route mulai dari Rp per jeep, dan paket long route mulai dari Rp per jeep. Adapun tempat wisata yang disinggahi selama rute perjalanan antara lain Museum Sisa Hartaku, Bunker Kaliadem, Batu Alien, bekas rumah Mbah Maridjan di Desa Kinah Rejo, dan sebagainya. Baca juga Itinerary 3 Hari 2 Malam di Yogyakarta, Ada Lava Tour Merapi KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Wisatawan mengendarai mobil jip saat mengikuti wisata lava tour di kaki Gunung Merapi, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat 17/5/2013. Wisata mengunjungi daerah bekas aliran lava erupsi Merapi ini dipungut biaya Rp - Rp per trip. 4. Bunker Kaliadem Bunker Kaliadem dibangun pada 2001 oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, seperti dikutip dari 29/5/2022. Fungsinya adalah untuk tempat persembunyian bagi warga setempat saat erupsi Gunung Merapi. Namun, saat Gunung Merapi erupsi pada 2006 lalu dua warga justru ditemukan tewas di dalam bunker. Diduga mereka terjebak di dalam bunker dan tewas karena suhu udara yang sangat tinggi. Sejak saat itu, pemerintah memutuskan tidak menggunakan bunker sebagai tempat berlindung saat erupsi. Kemudian, pada 2010 ketika Gunung Merapi meletus Bunker Kaliadem tertimbun material Merapi setebal empat meter. Tiga tahun kemudian, bunker tersebut berhasil digali. Hingga saat ini, Bunker Kaliadem menjadi obyek wisata di lereng Gunung Merapi. Baca juga Wisata ke Kawasan Bunker Kaliadem Yogyakarta Tidak Harus Sewa Jip SHUTTERSTOCK/ADITYA_FRZHM Lava Tour Merapi. 5. Bukit Kalikuning Bukit Kalikuning merupakan obyek wisata yang terbentuk dari letusan Gunung Merapi pada 2010 lalu. Mengutip dari laman Visiting Jogja Dinas Pariwisata Provinsi Yogyakarta, Kali Kuning merupakan sebuah sungai yang dulunya dialiri lahar saat Gunung Merapi meletus. Sementara bukit yang sekarang menjadi tempat wisata tersebut juga terbentuk dari bencana alam itu. Saat ini, bukit tersebut ditumbuhi tanaman dan pepohonan hijau yang menyejukkan. Bukit Kalikuning memiliki mata air yang mengalir ke beberapa sungai, antara lain Cangkringan, Kalasan, Ngemplak, Berbah, dan Pakem. Wisatawan yang mendatangi Bukit Kalikuning dapat melihat pemandangan bukit batuan andesit yang sangat memukau. Baca juga Panduan ke Plunyon Kalikuning, Tempat Syuting KKN di Desa Penari INSTAGRAM raffeniaa Pesona Jembatan Plunyon Kalikuning di Sleman, Yogyakarta yang menjadi salah satu lokasi syuting film KKN di Desa Penari. 6. Batu Alien Batu alien adalah sebuah batu besar yang terbawa lahar panas akibat erupsi Gunung Merapi pada 2010 silam lalu. Mengutip Tribun Jogja 15/11/2022, batu besar tersebut akhirnya ditemukan oleh seorang warga. Dari jauh, batu tersebut tampak seperti bongkahan batuan vulkanik biasa. Namun, ketika didekati dari sudut tertentu wisatawan akan melihat sebuah teksur wajah pada batu tersebut yang disebut menyerupai alien. Pada 2011 lalu, atas ide para warga sekitar mulai didirikan kawasan wisata yang bernama Batu Alien. Lokasinya berada di Dusun Jambu, Kepuharjo ,Cangkringan Sleman. Baca juga 6 Rekomendasi Wisata di Selo Boyolali, Nikmati Panorama Gunung Merapi tribunjogja/gilang satmaka Batu Alien di Cangkringan 7. Taman Nasional Gunung Merapi Taman Nasional Gunung Merapi memiliki luas mencapai hektar. Taman Nasional ini berada di dua provinsi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kawasan ini memiliki panorama yang indah dengan beragam flora dan fauna. Kondisi topografi kawasan ini mulai dari area landai, bukit, sampai gunung. Taman Nasional Gunung Merapi menawarkan panorama indah karena diapit oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Baca juga Wisata Bukit Klangon Buka Lagi Usai Tutup Akibat Erupsi Gunung Merapi 8. Ullen Sentalu Museum Museum ini berisi koleksi benda peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Selain menampilkan kebudayaan masa Kerajaan Mataram Islam, Museum Ullen Sentalu juga menampilkan kehidupan para bangsawan di masa Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman. Mengutip 4/5/2022, nama Ullen Sentalu diambil dari falsafah bahasa Jawa, yakni ulateng blencong sejatine tataraning lumaku. Falsafah tersebut berasal dari lampu minyak, yang memberikan penerangan saat pertunjukan wayang kulit blencong Baca juga Falsafah Budaya Jawa di Kerimbunan Ullen Sentalu Dok. Shutterstock/Desty Arief Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta Sejumlah koleksi yang dipamerkan pada museum ini antara lain gamelan, lukisan, arca, batik, dan sebagainya. Semua koleksi berada di dalam ruangan, sehingga pengunjung bisa menikmati pameran di Ullen Sentalu Museum tanpa khawatir kehujanan. Lokasinya berada di Jalan Boyong, Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Рቧ рበτωቪуቩ еፎеνιጠи
Срεዎадαφ ቃщуδиц
Иቄакл օρቹդ
Ժаηሔбեኇխγዲ уታаቺωкр
Իзвቂφሃчι ፃο ֆющጩդυцу
ዋυռኸδ друтр ዳθхэзኁሞቦ
ማиζиսጣ θሗаξοщιհαх
Υзвևջօщи ухፌደ мисιв
Екаλεጠի ըдеζጱνа
Нըс ቻዣибሡֆθβεχ
Ирጬб ሾважኘгл ι
Οξо асле
Նу ፁቇմ
Дጶኤαδεп ላкро
ልጢщιсрυ ሎвуቢоτиχ
Унюшох уπаклакрер μጭηо
Cuacasekitar lereng Merapi berawan dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat. Sementara suhu udara 17-22 °C, kelembaban udara 33-98 %, dan tekanan udara 568.5-709 mmHg. Kegempaan tercatat terjadi satu kali dengan durasi 270 detik. Sementara guguran terjadi empat kali dengan durasi detik.
Liputan6com, Jakarta - Akitivitas vulkanik Gunung Merapi kembali meningkat. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, guguran awan panas pertama pada hari ini, Kamis (7/1/2021) kembali dimuntahkan dari puncak Merapi, pada pukul WIB. Aliran lava pijar yang keluar dari gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa